Pemprov Lampung
Siap Dukung
Program Kawasan
Terpadu ( Minapolitan )
Peran Pemerintah Daerah sangat diperlukan guna mendukung
Program Pemerintah, yaitu Kawasan Terpadu (Minapolitan) sebagai ujung tombak
kesiapan daerah dalam membangun perekonomian masyarakat di daerahnya
Minapolitan merupakan program nasional
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi berbasis perikanan dengan pendekatan dan sistem manajemen
kawasan berdasarkan prinsip-prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas, dan
akselerasi. Selanjutnya Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut (BBPBL) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis pusat dibawah
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, tentunya telah memepersiapkan diri dan
secara langsung terlibat dalam pelaksanaan program tersebut, mulai dari tahap
perencanaan sampai pada pelaksanaan program di wilayah binaan
Hal tersebut diutarkan Ir Badrudin M.Si, Kepala Balai Besar
Budidaya Laut Provinsi Lampung kepada Adi Chandra dari Majalah FOKUS saat
bertandang ke kantornya belum lama ini
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, menurut Kepala Balai Besar
Budidaya Laut Provinsi Lampung, peran BBPBL dalam pengembangan
minapolitan (khususnya minapolitan berbasiskan budidaya laut) sedikitnya
meliputi lima hal, yaitu
:
1.
Penyiapan
dan transfer teknologi budidaya (hasil perekayasaan yang dilakukan
oleh
BBPBL)
kepada pembudidaya
2.
Penyiapan
dan fasilitasi penyediaan induk dan benih unggul ikan laut,
3.
Monitoring
kualitas air media kultur dan penyakit ikan
4.
Bimbingan
teknis kepada pembudidaya ikan yang terkait dengan teknologi
pembudidayaan ikan laut, pengendalian
penyakit ikan, dan pemantauan kualitas air
media kultur
5.
Mendukung
penyiapan SDM (teknisi budidaya ikan laut) yang dilakukan melalui
kegiatan magang, PKL, pelatihan teknis
dan kegaitan sejenis.
Diharapkan keterlibatan BBPBL tersebut
dapat meningkatkan kesuksesan pelaksanaan Program Minapolitan (berbasis budidaya laut),
khusunya di wilayah binaan.
Sebagai upaya peningkatan
perikanan, seperti apa saja pola, mekanisme dan metode kerja yang selama
ini dilakukan, lebih lanjut Badrudin mengatakan, “ sebagai
institusi milik pemerintah, mekanisme kerja yang diterapkan di BBPBL tentunya
mengacu lepada peraturan perundangan yang berlaku. Metoda kerja yang diterapkan mengacu kepda
kebijakan umum, ketetapan yang berkaitan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
maupun petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) yang
dikeluarkan oleh institusi yang lebih tinggi, “ ujarnya.
Mengenai Pengorganisasian kerja di BBPBL, Badrudin menamabhkan, “ dilakukan
melalui dua jalur, yaitu jalur struktural, terutama berkaitan dengan
operasional umum organisasi dan pelayanan publik, dan jalur fungsional,
terutama berkaitan dengan tugas perekayasaan teknologi budidaya ikan laut
dengan segala aspeknya, pengawasan budidaya ikan laut, serta pelayanan
laboratorium uji (analisis kualitas air dan kesehatan ikan). Kedua jalur pengorganisasian kerja tersebut
dilakukan secara terintegrasi (saling menunjang), diarahkan kepada pencapaian
kinerja organisasi dan sasaran yang telah ditetapkan, “ ujarnya
“Adapun pengelolaan kegiatan dilakukan dengan menerapkan
prinsip managemen kerja secara umum, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi secara berkesinambungan, “ imbuhnya
Pemamfaatan Dana
Dekonsetrasi Rp. 6,1 milyar
Lewat program
pusat, Provinsi Lampung
mendapat kucuran dana sebesar Rp 6,1 milyar, dana tersebut Badrduin
menjelaskan, “ bahwa Dana Dekonsentrasi tersebut untuk
tugas perbantuan,
termasuk Dana Alokasi
Khusus (DAU) yang dikelola
oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi / Kabupaten / Kota yang ada di
Lampung sudah
berjalan sesuai rencana dan kegunaannya, “ jelasnya
“ Sebagai UPT pusat, BBPBL hanya melakukan koordinasi
teknis yang berkaitan dengan dukungan pengembangan budidaya laut di daerah
tersebut. Dengan demikian yang berhak
untuk menjawab tentang penggunaan dana sebagaimana dipertanyakan di atas adalah
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang bersangkutan, “ paparnya
Mengenai Pokja-pokja yang dibentuk oleh Balai Besar Budidaya
Ikan guna mensukseskan budidaya laut dalam Program Minapolitan, dia
menambahkan, “ apabila dalam pertanyaan ini yang dimaksud adalah Pokja
Minapolitan, maka yang berhak menjawab adalah Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi/Kabupaten/Kota pelaksana program minapolitan, “ ujarnya
Lebih lanjut dia katakan, “ namun
apabila yang dipertanyakan adalah gugus kerja yang ada di BBPB dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi BBPBL, kami telah menetapkan tiga gugus kerja
struktural (Bagian Tata Usaha, Bidang Standarisasi dan Informasi dan Bidang
Pelayanan teknis) dan empat gugus kerja fungsional (Divisi Pembenihan, Divisi
pembudidayaan, Divisi pakan alami, dan Divisi Laboratorium Pengujian), “ katanya
.
“ Kemudian, peran gugus kerja struktural itu sendiri, adalah
melaksanakan tugas administrasi umum dan pelayanan publik, sedangkan gugus
kerja fungsional berperan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang berkaitan
dengan teknis, antara lain: perekayasaan teknologi pembudidayaan ikan laut
dengan segala aspeknya, diseminasi teknologi dan bimbingan teknis
pembudidayaaan ikan laut kepada masyarakat, serta monitoring kesehatan ikan dan
lingkungan budidaya laut (pelayanan laboratorium pengujian budidaya laut), “ imbuh Badrudin
Di satu sisi, masalah teknologi terkait penyempurnaan yang
sudah diterapkan terkait pengelolaan budidaya ikan tawar dan laut kerap dia
akui kerap terjadi kendala akibat ekosistem yang kurang bersahabat
Ditegaskan, “ sesuai dengan tugas yang diberikan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan, BBPBL hanya melakukan pengembangan
(perekayasaan) teknologi budidaya ikan laut (tidak melakukan pengembangan
teknologi budidaya ikan air tawar). Sedangkan, kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan
teknologi budidaya laut di BBPBL sebenarnya masih dalam batas-batas normal dan
masih dapat diatasi,
“ tegasnya
“Adapun kendala teknis yang dihadapi antara lain semakin
menurunnya kualitas pasokan air laut, yang secara teknis dapat mempengaruhi
kesuksesan dalam perekayasaan teknologi pembudidayaan ikan laut, termasuk
didalamnya mempengaruhi kesuksesan pembenihan ikan, meningkatkan insidensi
penyakit ikan, meningkatkan mortalitas ikan serta mengganggu pertumbuhan ikan
yang dibudidayakan,
“ tegasnya lagi
Sementara, “penurunan kualitas air laut tersebut
terutama diakibatkan oleh degradasi lingkungan
di sekitar balai, terutama kerusakan vegetasi di DAS sekitar Balai,
sehingga menimbulkan erosi run off dan meningkatkan sedimentasi yang
terbawa oleh aliran air hujan ke pantai/laut.
Demikian pula meningkatknya permukiman di daerah sekitar Balai juga
telah membawa dampak semakin meningkatnya limbah domestik yang terbawa ke
pantai, yang pada gilirannya meningkatkan kadar polutan di perairan pantai
sekitar Balai, “
terang pria kelahiran Prubalingga, Jawa Tengah ini
Sedangkan, sumbangsih yang telah dilakukan untuk masyarakat
petani ikan, menurut dia, “ sesuai dengan peran yang ditugaskan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada BBPBL, keberadaan BBPBL telah
memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam pengembangan budidaya laut
secara nasional. Sumbangsih yang
diberikan oleh BBPBL antara lain dihasilkannya teknologi pembudidayaan berbagai
jenis ikan laut (teknologi pembenihan dan teknologi pembesaran) dengan segala
aspeknya, antara lain untuk komoditas:
kerapu macan, kerapu tikus/kerapu bebek, kakap putih, teripang, tiram mutiara,
kakap merah, ikan cobia, bawal bintang, rumput laut dll). Teknologi pembudidayaan ikan tersebut telah
didesiminasikan ke pembudidaya ikan (petani ikan) melalui wahana pelatihan, magang,
percontohan pembudidayaan, bimbingan teknis dan sebagainya, “ papar Badrudin.
“ Dengan dukungan yang telah diberikan tersebut, saat ini
telah mulai berkembang pembudidayaan ikan laut dalam KJA di berbagai daerah,
termasuk di perairan Teluk Lampung yang saat ini telah mencapai lebih dari 5000
unit. BBPBL juga berperan dalam
menfasilitasi penyediaan benih unggul ikan laut, antara lain dilakukan melalui:
penyiapan calon induk, penyediaan telur ikan laut untuk BBIP/HSRT, bimbingan
teknis kepada Balai Benih Ikan Pantai
(BBIP) milik Pemerintah Daerah maupun kepada Hatchery Skala Rumah Tangga
(HSRT). BBPBL secara langsung juga
menyediakan (back up) benih unggul ikan laut untuk disalurkan kepada
masyarakat. BBPBL secara aktif melakukan
pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan budidaya ikan yang disertai dengan
penyampaian rekomendasi teknis kepada para pembudidaya sebagai upaya prefentif
dalam pengendalian penyakit ikan dan lingkungan, “ paparnya
Dari segudang pengalaman disektor perikanan dan kelautan, khususnya
masalah budidaya ikan laut, Badrudin selama memimpin Balai Besar Budidaya Laut
menuturkan, “ kebijakan dan program yang dilakukan oleh BBPBL tentunya
mengacu kepada kebijakan yang ditetapkan oleh institusi yang lebih tinggi,
dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Kementerian Kelautan
dan Perikanan, “
tuturnya
Maka, sesuai
dengan tugas dan fungsi yang dipercayakan, BBPBL telah menetapkan dan
melaksanakan program sebagai berikut: 1. Peningkatan perekayasaan teknologi pembenihan ikan laut,
antara lain teknologi efisiensi produksi benih dan pembesaran ikan laut untuk
spesies yang telah dikuasai teknologi pembudidayaannya (antara lain ikan kerapu
macan, kerapu tikus, kakap putih, bawal bintang, rumput laut), 2. Perekayasaan
untuk pemantapan teknologi pembudidayaan (pembenihan dan pembesaran) spesies ikan laut yang masih
dalam tahap pengembangan (antara lain: ikan cobia, kakap merah, kuda laut,
kerapu sunu, ikan nemo dan beberapa jenis ikan hias laut, dan), 3.Domestikasi
jenis ikan yang prospektif untuk dikembangkan, antara lain ikan simba (ikan
kue), 4. Peningkatan
fasilitasi dalam penyediaan benih dan calon induk unggul ikan laut, 5. Peningkatan
bimbingan teknis kepada BBIP dan kepada pembudidaya ikan laut untuk mendukung
pengembangan budidaya ikan laut di daerah binaan, khususnya dalam mendukung
pelaksanaan program minapolitan dan PUMP, 6. Khusus untuk mendukung budidaya rumput laut, BBPBL telah
meningkatkan bimbingan teknis dengan mengembangkan kebun bibit rumput laut di
beberpa daerah binaan (antara lain: di daerah Lampung, Banten dan Bangka
Belitung), 7.Peningkatan
monitoring dan bimbingan teknis pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan di
kawasan pembiudidayaan ikan laut,
8. Secara khusus, BBPBL telah merintis pendirian instalasi pembenihan
ikan (larva rearing) milik BBPBL di daerah Kalianda (lampung Selatan),
yang pembangunannya dimulai pada tahun 2012.
Keberadaan instalasi tersebut diharapkan dapat lebih mensukseskan tugas
BBPBL dalam penyediaan benih unggul ikan laut, baik secara laungsung
(peningkatan kapasitas produksi benih) maupun secara tidak langsung (sebagai
wahana untuk pembinaan teknis kepada usaha HSRT milik masyarakat di daerah Kalianda)
Untuk program jangka panjang
maupun jangka pendek, Badrudin yang sudah puluhan tahun malang melintang di
dunia perikanan dan kelautan ini akan menjadi FOKUS utama dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab sebagai pejabat Kepala Balai Besar Budidaya Laut.
Tugas
dan tanggung jawab utamanya berfokus pada pembenahan
sistem kerja di lingkungan balai baik secara administratif maupun teknis untuk
meningkatkan kinerja balai, khususnya dalam penyediaan benih unggul ikan laut
untuk didistribusikan kepada para pembudidaya di wilayah pengembangan
minapolitan dan PUMP, Fokus kedua adalah
penyelesaian pembangunan instalasi BBPBL di Kalianda, sehingga segera dapat
dioperasionalkan untuk meningkatkan kinerja pembenihan dan perekayasaan
teknologi budidaya ikan laut.
Program Jangka
pendek
Melakukan
pemantapan perekayasaan teknologi pembudidayaan ikan laut, khusunya ke arah
peningkatan efisiensi produksi; kedua adalah meningkatkaan diseminasi teknologi
budidaya laut kepada para pembudidaya, khusunya terkait dengan pengelolaan
kesehatan ikan dan lingkungan, termasuk aplikasi vaksin dalam pembudidayaan
ikan laut.
Program
jangka panjang
Pembenahan masterplan komplek BBPBL, yang direncanakan
mengarah pada pengembangan hatchery modern, untuk kemudian dilanjutkan dengan
pembangunan kembali sesuai dengan konsep master plan tersebut, sehingga
diharapkan akan memberikan dorongan motivasi dan efisiensi serta kapasitas
kerja staf dalam meningkatkan kinerja organisasi anatara lain, 1. Peningkatan sistem kerja yang lebih baik,
sesuai dengan konsepsi modernisasi lembaga BBPBL, 2. Peningkatan peran Balai dalam penyediaan induk unggul
ikan laut (induk pokok/ GPS) dalam jumlah yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan BBIP, HSRT maupun Hatchery milik swasta, baik melalui upaya selective
breeding maupun rekayasa genetika, 3. Peningkatan
peran BBPBL dalam pembinaan teknis kepada BBIP di daerah-daerah melalui
pendampingan kerja yang lebih terfokus, sehingga seluruh BBIP yang telah ada
dapat secara optimal beroperasi sesuai dengan perannya, 4. Pengembangan
perekayasaan teknologi pembudidayaan ikan laut yang prospektif (dilihat dari
aspek ekonomis maupun lingkungan), antara lain ikan napoleon, ikan kerapu sunu,
ikan kue (simba), dan sebagainya maupun
berbagai ikan hias laut yang telah mengalami tekanan eksploitasi cukup tinggi.
Sebagai koreksi apa yang sudah disampaikan, Badrudin
menjelaskan terfkait dengan istilah yang dicantumkan dalam pertanyaan diatas,
bahwa BBPBL bukan balai benih melainkan merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Balai Budidaya Laut, yang bertugas untuk melakukan perekayasaan teknologi
budidaya ikan laut dengan segala aspeknya dan mendesiminasikannya ke para
pengguna teknologi. Sedangkan yang
dimaksud dengan Balai Benih Ikan, adalah lembaga yang bertugas menghasilkan benih ikan.
Menutup perbincangan dengan media
ini, Badrudin menuturkan, “ diharapkan usaha budidaya laut di
Indonesia mendapat perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak
(pemerintah, swasta maupun masyarakat, sehingga potensi budidaya laut yang ada
di Indonesia dapat dikembangkan secara maksimal, hingga mencapai skala industri, “ tuturnya
Akhirnya, “ dukungan dari pemerintah terutama dalam
menfasilitasi kemudahan akses modal dan akses pasar, kemudahan perijinan usaha,
peningkatan perlindungan usaha (melalui konsistensi penetapan alokasi
lahan/kawasan untuk budidaya laut dan jaminan keamanan usaha), serta dukungan
yang tinggi terhadap upaya perekayasaan teknologi budidaya, “ imbuhnya
“ Sedangkan harapan terhadap masyarakat dan pihak swasta,
adalah peningkatan perhatian terhadap usaha budidaya laut dan antara lain
dengan melakukan pengembangan usaha budidaya laut secara mandiri dan mendorong
berbagai pihak yang tengah merintis pengembangan budidaya laut di Indonesia,
agar lebih berkembang,
“ pungkas Badrudin @ adi chandra.
Rekam Jejak
=============================================
Nama Lengkap : Ir.
Badrudin, M.Si.
Nip :
19570221198303 1 003
Pangkat / Golongan :
Pembina Utama Muda (IV/c), TMT 24 Juni 2010
Tempat/Tgl
Lahir : Purbalingga
(Jawa Tengah), 21 Februari 1957
Agama :
Islam
Golongan
Darah : A
Status
Pribadi : Kawin
Pendidikan
·
SD Negeri Majasem (Purbalingga), 1965-1970
·
SMP Negeri Bukateja (Purbalingga), 1971-1973
·
SPMA Negeri Yogyakarta, 1974 -1976
·
S1 Managemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan,
IPB Bogor, 1977 -1981
·
S2 Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 2004 - 2006
Pengalaman
Kerja
Pengalaman
Kerja Sebagai Pegawai Negeri Sipil :
Ø Februari
1982 – Mei 1988 :
Tenaga Teknis Budidaya Perikanan (aquaculturist) pada Sumatera
Fisheries Development Project ADB Loan 474 INO, di Padang, Sumatera Barat
Ø Mei
1988 – April 1994 : Kasi
Perumusan Program Dinas Perikanan Provinsi Dati I Lampung
Ø April
1994 - Oktober 1996 : Kepala UPT
Budidaya Air Payau, Dinas Perikanan
Provinsi Dati I Lampung
Ø Oktober
1996 – Januari 2001 : Kasubdin Produksi, Dinas Perikanan
Provinsi Dati I Lampung
Ø Januari
– September 2001 :
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Dati II Lampung Tengah
Ø September
2001 – Juli 2002 : Wakil
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupatan Lampung Tengah
Ø Juli
2002 – Juli 2005 : Kasubdit
Mitigasi Lingkungan Pesisir, Direktorat Bina Pesisir, Ditjen. P3K- DKP
Ø Juli
2005 – September 2006 : Kasubdit
Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan, Direktorat PUP, Ditjen. Perikanan Tangkap,
Ø September
2006 – April 2007 : Kasubdit Kelembagaan Usaha Penangkapan Ikan,
Direktorat Pengembangan Usaha, Ditjen. PerikananTangkap-DKP.
Ø April
2007 – Desember 2009 : Kepala Bagian Program, Sekretariat
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap-DKP
Ø Desember 2009 – Sekarang : Kepala
Bagian Program, Sekretariat Inspektorat Jenderal DKP.
Kepala
Balai Besar Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pengalaman
Kerja Profesi dan Teknis Penunjang:
1992 -1988 :
o Staf
Pengajar pada Fakultas Perikanan, Universitas Bung Hatta, Padang
1991 - 1997 :
o
Associate pada Biro Konsultansi PT Mitra Consindo dan PT
Peropatria Consultant, khususnya untuk kegiatan studi analisis dampak
lingkungan (Amdal)
o Associate pada Iffremer Consultant-STD3,
untuk kegiatan Assessment of tropical Shrimp aquaculture Impact on the Environment in Tropical Countries” untuk
lokasi Lampung
o
Tim Survey Pengembangan Tambak PT.Central Pertiwi
Bratasena
o
Tim Pemantau Red Tide di Pantai Timur Lampung pada
Lembaga Oceanologi Nasional LIPI
o
Tim Pengembangan Backyard Hatchery (Hatchey Skala Rumah
Tangga) di daerah Lampung.
o
Mengikuti berbagai rapat, seminar, lokakarya berbagai
topik yang diselenggarakan di tingkat daerah maupun nasional.
1996 – 2000 :
o
Staf pengajar pada Akademi Perikanan Way Jepara, Lampung
Tengah, Jurusan Budidaya Perikanan
o
Mengikuti berbagai rapat, seminar, lokakarya berbagai
topic yang diselenggarakan di tingkat daerah maupun nasional
2001 – 2011 :
o
Sebagai tim penyusun rancangan undang-undang tentang
pengelolaan wilayah pesisir
o
Sebagai Tim penyusun peraturan dan perundangan Ditjen
Perikanan Tangkap, Itjen DKP dan Ditjen Perikanan Budidaya, KKP.
o
Sebagai tim penyusun petunjuk teknis dan petunjuk
pelaksanaan berbagai kegiatan yang terkait dengan pengembangan perikanan
tangkap.
o
Sebagai panitia dan tim perumus pada berbagai kegiatan
Rapat Teknis dan Pelatihan Teknis di Ditjen Perikanan Tangkap, Rapat Kerja
Pengawasan / Pelatihan Pengawasan di Itjen DKP, serta Rapat Kerja Nasional DKP.
o
Sebagai tim redaksi Bulletin Gema Mina (Ditjen Perikanan
Tangkap) dan Bulletin Sinergy (Itjen
DKP)
o Mengikuti
/ memberikan presentasi pada berbagai kegiatan pertemuan teknis, seminar,
lokakarya, semiloka, workshop, rapat teknis dan rapat kerja yang
diselenggarakan oleh unit kerja eselon I lingkup Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Dinas Perikanan Daerah dan Institusi Lintas Sektor.
Diklat
Profesi
Diklat
Profesi di Dalam Negeri :
- Pengendalian
Pengelolaan Mangrove, Universitas Lampung, tahun 1984 di Bandar Lampung
- Kursus
Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) Type A tahun 1988 di Bandar Lampung
- Kursus
Penilai Amdal tahun 1990 di Bandar
Lampung
- Penataran
P4 (Penatar Tk I), 1990 di Bandar Lampung
- Peningkatan
Penatar P4, tahun 1991 di Bandar Lampung.
- Training
Of Trainer (TOT) Penatar P4, tahun 1996 di Bandar Lampung
- Kursus
Penyuluhan Red Tide, LON-LIPI, tahun 1992 di Jakarta
- Training
of Trainer Tutor Praktikum Program D3 PTP2 – UT, FMIPA UT – APP BOGOR, tahun 2000 di Bogor
- Training
Integrated Coastal Zone Planning Management, Ditjen
P3K, DKP, tahun 2001 di Jakarta
- Pelatihan
Komputer, Direktorat Bina Pesisir – Ditjen P3K,
tahun 2001 di Jakarta,
- Pelatihan
Peningkatan Kinerja dan Profesionalisme Pejabat Struktural DJPT, tahun 2004 di
Jakarta
- Leading
The Change, Reza Leadership Center, tahun 2004 di Jakarta,
-ESQ
Leadership Training, ESQ Leadership Center,
tahun 2007 di Jakarta,
- Pelatihan
Total Quality Management, Inspektorat Jenderal DKP, tahun 2008 di Jakarta.
Diklat
Profesi di Luar Negeri :
- Carp
Hatchery and Nursery Technology,
Februari, 1984 di Filipina,
- Training
of Small Scale Economic Development for Fisherman, 6 – 10
Desember 2004. di Thailand
- Individual
Training Course in Fisheries Resource Management, Japan International
Corporative Agency (JICA) International Corporate Program of the Government of
Japan, , 2–13 April 2007 di Jepang
Studi
banding Sistem Pengawasan Aparatur Pemerintah di China, Desember 2007 di
Beijing.
Diklat
Penjenjangan :
Sekolah
Pimpinan Administrasi Lanjutan (SEPALA), Departemen Pertanian, di Bandar
Lampung tahun 1989
Sekolah
Pimpinan Administrasi Tingkat Madya (SEPADYA), Deptan-LAN RI, di
Bogor, tahun 1994.
Diklat
SPAMEN – LAN RI Angkatan VI Klas I, tgl 12 September s/d 14 Desember
2000 Bandung.
Penghargaan :
- Satya
Lencana Karya Satya 20 tahun, tanggal 28 November 2005 dari Presiden RI
No. 089 / TK / Tahun 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar