Pemerintah Perlu
Kaji Ulang
Tata Kelola Daging
& Harus Jujur
Ketersedian Sapi
Lokal
Usai
diselenggarakan dialog publik yang bertemakan “Swasembada atau
kelangkahan daging sapi?” oleh Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPP-HIPMI) Bidang Peternakan,
Sarman Simanjurong, Ketua Komite Daging Jakarta
Raya (KDS) kepada Untung Sugianto dari FOKUS mengatakan,
“pokoknya yang kita minta pemerintah itu harus jujur mengenai ketersedian
daging lokal, apakah memang tersedia atau apa nggak ? karena ini menyangkut
kepastian dan kelangsungan dunia usaha, iya kan? Jangan dipaksakan swasembada
tapi mengorbankan kita para pengusaha. Ini yang kita nggak terima, begitu lho,
kita mendukung adanya program wasembada, tapi apakah iya, pemerintah yakin bisa
berhasil? “ tegas dia.
Sarman Simanjurong |
Swasembada
yang dipaksakan, akan gagal lagi
“ Sudah sering saya
katakan, dari kelima komoditi sentra pertanian ini tidak ada satupun yang kami
lihat berhasil seperti swasembada beras,
jagung, kedelai, gula, dan sekarang daging (sapi). Sekarang ini mau dipaksakan
juga, padahal sebenarnya, apa yang dikatakan Pak Thamrin Panggabean tadi itu
benar, inilah sesuatu yang menurut hemat kami
jauh dari harapan, artinya seperti kedelai, beras. Sebetulnya, gampang
untuk swasembada karena komoditi ini bisa disimpan lama dan cepat di panen,
beda dengan sapi, “ujar Sarman
Lanjut dia, “sedangkan daging
tidak bisa disimpan, dan panennya juga lama dibandingkan dengan empat komoditi
yang saya sebutkan tadi hanya makan waktu empat bulan saja sudah bisa di panen.
Kalau seperti sapi, dari sejak lahir hingga dewasa sampai penggemukan lalu di
panen itu kan butuh waktu cukup lama, “ kata dia
“ Hal ini kalau tidak segera
di evaluasi oleh pemerintah, maka akan terjadi gejolak pasar dengan harga
daging sapi yang melambung, kami sangat menjamin tahun depan akan terjadi lagi hal
yang sama seperti sekarang ini, “imbuhnya.
“Itu kan sudah kami
sampaikan jauh-jauh hari, kalau tidak segera diantisipasi, gejolak pasar kami yakini
akan terjadi lagi, tidak kita buat-buat! Kita tidak butuh data-data diatas
kertas, tapi kita butuh data di lapangan, karena pasar itu tidak bisa bohong,
faktanya memang seperti itu, “ imbuhnya
“ Apapun alasan
pemrintah adanya penimbunan atau permainan importir, dan segala macam, intinya
cuma satu kita kekurangan stok daging itu yang harus segera diatasi, dan sebaliknya
kalau kita memang lancar, tidak ada istilah kekurangan stok daging dalam negeri,
“ tegas Sarman berharap pemerintah lebih bijak dalam menyikapi persoalan
kelangkahan daging akibat gejolak pasar yang membuat harga daging melambung
tinggi hingga mencapai Rp. 120.000/kg
Sarman mengingtakan,
“mestinya pemerintah belkajar dari pengalaman yang sudah-sudah, ketika
swasembada di tahun 2005, dan 2010 tidak ada yang berhasil atau tercapai, iya
kan? Kini mau dipaksakan untuk 2014 apa yang akan terjadi nantinya di
pemerintahan yang akan datang nanti? 2015 dan seterusnya, kita akan mengalami
hal sama seperti yang kita alami sekarang ini, adanya gejolak pasar tinggi yang
menimbulkan kelangkahan, skibat kelangkahan timbulnya harga daging melambung tinggi, apalagi dengan
dikuranginya kuota impor, mau jadi apa kita para usahawan yang usahanya
menggantungkan daging ?, “tukas Sarman seraya mengingatkan pemerintah untuk
lebih berhati-hati dalam setiap mengambil suatu kebijakan tapi jelas, dan pasti
tidak mengambang seperti sekarang
Lanjutnya, “gimana kita
nggak kekurangan, daging impor kita dari 34.000 ton sekarang malah dikurangi
menjadi 32.500 ton, meskipun kemarin itu
sempat ditambah 8.500 ton menjadi 41.000 ton. Sedangkan kebutuhan kita itu
adalah 85.000 ton untuk tahun ini 2012 , koq malahan dikurangi lagi ? gimana mau
swasembada untuk kebutuhan daging dalam negeri saja belum tentui
tercukupi, apa maunya pemerintah ini kita nggak tahu, “ ujarnya miris
“ Menurut kami
memberatkan masyarakat atau konsumen, karena langkahnya daging sapi local, dan
dikurangi kuota impor, gimana masyarakat atau konsumen nggak menjerit? Itu
sesuatu menurut saya, disisi lain ada peningkatan per kapita kita, sementara
kebijakan pemerintah itu sendiri nggak jelas, “ imbuh dia
“ Okeylah kita punya
stok daging, tapi itu kan punya masyarakat. Itu nggak bisa dibeli, adapun dia
mau jual sapinya itupun kalau mau mengawinkan anak, mau naik haji, nguliahin
anak , dan sebagainya baru dia jual. Tapi dunia usaha industri nggak bias menunggu seperti itu, dan kita harus menambah stok nggak bisa terus berhenti, kalau perlu tambah
stok jangan sampai mematikan dunia usaha, “ tegas Ketua KDS
Pemerintah
perlu kaji ulang tata niaga daging
Dari kajian Komite
Daging Jakarta Raya, menurut Sarman, “ kita minta kuota 85.000 ton. Itu kan
kita minta dengan pengurangan angka yang persuasif, tahun yang lalu, tahun 2011
kan udah enak , ada stok 40.000 ton, harga itu dikurangi 10 persen jadi 34.000
ton. Tapi di tahun 2012 ini malah dikurangi 66 persen, maunya kita dikurangi di
2013 kita minta 85.000 ton, tapi yang kita ingikan 85.00 ton itu khusus untuk
DKI Jakarta, karena Jakarta ketergantungan daging lokal maupun impor, “ ujar
dia
“ Jawa Timur, Jateng, dan Jabar itu akan
memberikan /mengirimkan sapi ke Jakarta , karena mereka surplus. Tapi,
sebaliknya kalau mereka tidak surplus bagaimana mau mengirim untuk Jakarta ?
makanya keluarlah kebijakan Pemerintah Jawa Timur melalui Dinas Peternakan yang
melarang sapinya keluar , kalau dibilang
harga 400 kilo sama saja melarang, mana ada ?. Itu artinya, bahwa mereka merasa
khawatir kekurangan, sehingga melarang sapinya keluar dari jawa Timur, “
paparnya
Lanjut Ketua KDS, “
kita harapkan dikaji dengan baik terkait dengan dunia uasaha, karena kita juga
kan membayar pajak, dan lain sebagainya yang bisa menopang ketahanan pangan kita
melalui tata niaga atau kelola daging yang baik, dan benar. Kita harapkan
pemerintah seperti itu, dengan kebijakannya yang tidak memebratkan semua pihak,
baik dunia usaha maupun para peternak, itu yang sangat penting untuk dikaji, “
pungkas Sarman Simanjurong @
untung sugianto/F-01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar